Minggu, 23 Oktober 2011

KEPEDIHAN SIRNA PAHALA TERSISA

Ketahuilah wahai saudaraku -semoga Allah merahmati Anda- sungguh Anda akan menemui masa-masa yang sulit, masa-masa yang melelahkan, dan berbagai ujian, padahal Anda tengah berjalan di atas jalan kebenaran dan disibukkan oleh berbagai aktivitas dalam Islam. Apabila Anda teguh di atas kebenaran dan sabar menghadapi berbagai ujian, niscaya kepedihan akan sirna, kelelahan akan hilang, dan yang tersisa bagi Anda adalah ganjaran dan pahala insya Allah.
Tidakkah Anda lihat, seseorang yang menunaikan shiyam di hari yang  sangat panas, bukankah lapar dan dahaganya sirna seketika saat setetes air melewati kerongkongannya seraya mengucapkan doa yang diajarkan oleh Nabi r
ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوْقُ وَثَبَتَ اْلأَجْرُ إِ


نْ شَاءَ اللهُ
“Telah sirna haus dahaga, telah basah kerongkongan, dan telah tetap pahala insya Allah.”[1]
Begitu pun bersamaan dengan langkah pertama Anda di dalam surga akan hilang segala kelelahan yang pernah Anda rasakan, segala keresahan yang menimpa Anda, dan segala luka yang Anda dapatkan di jalan Allah. Akan dikatakan kepada Anda, “Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak mengenakkan?” Lalu Anda menjawab -setelah Anda merasakan sekejap saja nikmatnya surga, “Demi Allah, tidak wahai Rabbi! Aku tidak melihat sesuatu pun yang tidak mengenakkan.”[2]
Kelelahan dan kepedihan Anda telah usai. Semuanya telah berubah menjadi kegembiraan, kesejahteraan, dan kesenangan. Ganjaran dan pahala telah nyata bagi Anda, dan Allah akan menambahkan lagi dari karunia-Nya. Juga, Dia akan memuliakan Anda dengan kemuliaan sesuai dengan kemuliaan dan kepemurahan-Nya. Di saat itulah Anda akan berandai-andai jika saja usaha Anda di jalan dien ini lebih banyak dan lebih banyak lagi. Jika saja bangun Anda di waktu malam karena Allah lebih dan lebih banyak lagi. Jika saja kepergian Anda menjauhi dunia lebih banyak lagi. Jika saja pengorbanan Anda di jalan Allah ini lebih dan lebih. Bahkan Anda berandai-andai -seperti seorang syahid-, andai saja Anda dikembalikan ke dunia dan terbunuh di jalan Allah, lalu dihidupkan, lalu terbunuh, lalu dihidupkan, lalu terbunuh lagi, disebabkan Anda telah menyaksikan karunia dan kemuliaan yang dianugerahkan oleh Allah kepada para syuhada`.[3]


[1] Diriwayatkan oleh Abu Dawud 2357, ad-Daruquthniy 2/185, al-Baihaqiy dalam as-Sunanul Kubra 4/239, al-Hakim dalam al-Mustadrak 1/422 dan berkata, “Shahih menurut syarat al-Bukhariy dan Muslim.” Kesemuanya dari hadits Ibnu ‘Umar ra.
[2] Senada dengan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim 17/149, Ahmad 3/203, dan Ibnu Majah 4321 dari Anas bin Malik ra berkata, “Bahwa Rasulullah saw bersabda -lafazh Muslim-, ‘Akan didatangkan seorang ahli neraka dari penduduk dunia yang paling banyak mendapatkan nikmat dunia, lalu ia dicelupkan ke dalam neraka dan ditanya, ‘Wahai anak Adam, apakah kamu mendapati sesuatu yang baik? Apakah kamu pernah merasakan suatu kenikmatan?’ Ia menjawab, ‘Demi Allah, tidak wahai Rabbi.’ Lalu didatangkan seorang ahli surga dari penduduk dunia yang paling banyak mendapatkan musibah, lalu dicelupkan ke dalam surga dan ditanya, ‘Wahai anak Adam, apakah kamu mendapati sesuatu yang buruk? Apakah kamu pernah merasakan suatu kesulitan?’ Ia menjawab, ‘Demi Allah, tidak wahai Rabbi. Tidak pernah aku dapati sesuatu yang buruk, dan tidak pula aku rasakan suatu kesulitan, sama sekali.’”
[3] Ungkapan ini senada dengan hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhariy 3/203,235, Muslim 13/24, dan at-Tirmidziy 1640 dari hadits Anas bin Malik ra  Lafazh hadits yang dimaksud adalah lafazh al-Bukhariy yaitu, ‘Tidak ada seorang pun yang masuk surga mengangankan dikembalikan ke dunia, bahwa seluruh yang ada di muka bumi menjadi miliknya, selain orang yang mati syahid. Sesungguhnya dia mengangankan kembali ke dunia lalu terbunuh sepuluh kali, disebabkan ia menyaksikan karamah.’ Dalam riwayat Muslim, ‘... karena menyaksikan keutamaan mati syahid.’ Diriwayatkan pula oleh an-Nasa`iy di dalam al-Jihad 6/35 dari hadits ‘Ubadah bin Shamit ra semisal dengannya.

0 komentar:

Posting Komentar