Kamis, 20 Oktober 2011

PUTUS ASA DARI RAHMAT ALLAH

Y


Allah Subhanahu wa ta’ala adalah dzat yang miliki rahmat kasih sayang yang luas, yang meliputi rahmat bagi  orang kafir maupun orang mukmin. Dan


Dialah yang memiliki kasih sayang yang khusus yang dianugrah
kan untuk orang-orang yang beriman dan bagi hamba-hamba-Nya yang bertaqwa kepada-Nya dengan menjalankan segala perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangn-larangan-Nya dan hamba-hamba-Nya yang beribadah dengan mentauhidkan-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun disertai rasa berharap akan rahmat-Nya dan rasa takut akan siksa-Nya baik di dunia maupun di akherat.
Makanya seorang mukmin dalam beribadah kepada Allah hendaknya berada antara khauf dan raja’. Tidak terlalu berlebih-lebihan dalam mengedapankan rasa takutnya sehingga ia putus asa dari rahmat Allah dan tidak terlalu berlebihan-lebihan dalam mengedepankan rasa pengaharapannya akan rahmat Allah sehingga ia merasa aman dari makar Allah, karena sesungguhnya jalan para Nabi dan para Rasul bahwa mereka berdo’a kepada Allah disertai dengan rasa berharap dan rasa takut sebagaimana Allah menyebutkan tentang hal ini dalam firman-Nya :
“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka[857] siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.” [1]
Oleh karena itu dalam tulisan ini kami akan sedikit memaparkan  tentang apa yang dimaksud dengan putus asa dari rahmat Allah.

Definisi “putus asa dari rahmat Allah “
Sesungguhnya apabila manusia hanya mengedepankan rasa takut saja, dan terlalu berlebih-lebihan dalam masalah ini sehingga ia putus harapannya  dari rahmat Allah.
Dalam Al Qur’an  putus asa dari rahmat Allah disebutkan dengan istilah   ( القنوط من رحمة الله )   atau dengan istilah ( اليأ س من روح الله )   . tidak ada perbedaan yang mencolok antara dua istilah ini.
Syeikh Abdurrahman bin Hasan Alu syeikh dalam kitab Fathul Majid syarhu kitabut tauhid mendefinisikan makna  putus asa adalah merasa jauh dari pertolongan dan berputus harapan darinya, itu sama halnya dengan merasa aman dari siksa Allah dan kedua-duanya adalah dosa besar .
Adapun ( اليأس من روح الله ) maksudnya memutuskan permohonan dan harapan dari Allah dalam apa yang ia takutkan dan ia harapkan, dan hal itu berarti adalah berburuk sangka terhadap Allah, bodoh tentang-Nya, dan tentang keluasan rahmat-Nya.

Perbedaan antara( القنوط من رحمة الله )   dan ( اليأ س من روح الله )   
.           Sesungguhnya Allah telah menghukumi orang yang putus harapannya dari rahmat Allah sebagai bentuk kesesatan, sebagaimana Allah berfirman :
 “Ibrahim berkata: "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat". [2] dan menghukuminya sebagai bentuk kekafiran sebagaimana dalam firman-Nya
 “Hai anak-anakku, pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir"[3] apakah ada perbedaan antara keduanya ? secara dhohir tidak ada perbedaan antara keduanya. Karena kesesatan  ( الضلال ) dan kekafiran  ( الكفر ) terkumpul dan maka  dikatakan : dia sesat dan jug dikatakn : dia kafir, maka keduanya adalah dua sifat semakna. Oleh karena itu kekafiran dinamakan juga kesesatan. Sebagaimana firman-Nya,
Dan diantara para Ulama’ ada yang membedakan antara keduanya. Diungkapkan bahwa al ya’su  ( اليأس ) lebih keras daripada al qunut  ( القنوط )  . mereka menyimpulkan dari dua ayat yang mulia di atas. Dimana Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surat Al Hijr ayat 56 dan mensifati orang yang putus harapannya dari rahmat  Allah ( القانطين)  dengan kesesatan sedangkan Allah mensifati  ( اليائسين ) dengan kekufuran.[4]

Ancaman keras bagi orang yang putus harapannya dari rahmat Allah

Disebutkan dalam surat Al Hijr ayat 56 dan dalam surat Yusuf  ayat 87 dalam dua ayat ini Allah mengingatkan bahwa tidak diperbolehkan bagi orang  yang takut kepada Allah untuk berputus harapan dari rahmat-Nya, akan tetapi hendaknya ia takut dan berharap. Ia takut terhadap dosa-dosanya dan selalu menaati Allah dan mengharapkan rahmat Allah, sebagaimana disebutkan Allah berfirman,
 “ (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?. “ [5]
 “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”[6]
Berharap kepada Allah seiring melakukan maksiat dan meninggalkan ketaatan adalah tipu daya syetan untuk menjerumuskan seorang hamba dalam kerakutan, sementara ia meninggalkan sebab-sebab yang dapat menyelamatkan dari kebinasaan, lain halnya dengan ahli iman yang mengambil sebab-sebab keselamatan karena  takut kepada Allah, menghindar dari siksa-Nya, mengharapkan ampunan-Nya dan berharap pahala-Nya.
Allah mengisahkan perkataan Ibrahim , ketika malaikat memberinya kabar gembira dengan kelahiran anaknya ( Ishaq ) “ Berkata Ibrahim, ‘ Apakah kamu memberi kahar gembira kepadaku padahal usianya telah lanjut, maka dengan cara bagaimanakah ( terlaksanakannya ) berita yang kamu kabarkan ini ?’” [7] karena biasanya seorang laki-laki jika telah tua, begitu juga istrinya, tidak lagi memiliki harapan kalau istrinya akan melahirkan anak untuknya.
Allah Maha kuasa atas segala sesuatu, maka berkatalah malaikat, “ Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, yang tidak ada keraguan di dalamnya,” karena jika Allah berkehendak sesuatu dia hanya berfirman kepadanya , ( كن فيكن )  jadilah maka jadilah sesuatu itu. Maka janganlah kamu termasuk orang- orang yang berputus asa “
Lalu Ibrahim berkata,"Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat".[8] karena beliau mengetahui dari kekuasaan Allah dan rahmat-Nya, sesuatu yang lebih besar dari itu dan lebih agung.
Kemudian berputus harapan dari rahmat Allah merupakan salah satu dosa-dosa besar yang paling besar. Disebutkan dalam suatu riwayat dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah ketika ditanya tentang dosa-dosa besar beliau menjawab :
( الشرك بالله و اليأس من روح الله , و الأمن من مكر الله )
“ Yaitu syirik kepada Allah, putus asa dari rahmat Allah, dan merasa aman dari siksa Allah.”
Dan juga diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud ia berkata,
( أكبر الكبــائر :  الإشراك بالله ,  و الأمـن من مكـر الله , والقنـوط من رحمة الله , و اليـأس من روح الله ) [ رواه عبد الرزاق ]
“ dosa-dosa besar yang paling besar ialah syirik kepada Allah, merasa aman dari siksa Allah, berputus harapan dari rahmat Allah dan berputus asa dari pertolongan Allah.” ( HR. Abdurrazaq )
          Dan perlu diketahui juga bahwa hadits ini tidak membatasi bahwa dosa-dosa besar tidak hanya ada tiga macam saja, akan tetapi dosa besar sangat banyak dan yang tiga ini adalah termasuk dosa-dosa yang paling besar yang disebutkan dalam kitabullah dan as sunnah.

Referensi :

  1. Al Qur’anul karim
  2. Fathul Majid syarh kitabuit tauhid karya Syeikh Abdurrahman bin Hasan Alu Syeiikh
  3. Al Muntaqa Min Fatawa karya Syeikh Sholih bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan.


[1] . Al Qur’an surat al Isra’ ayat 57
[2] .Al Qur’an surat Al Hijr : 56
[3] . Al Qur’an surat Yusuf : 87
[4] . Kitab Al Muntaqa min Fatawa karya syeikh Sholih bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan ( 1 / 152 )
[5] .Al Qur’an surat Ax Zumar ayat 9
[6] .Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 218
[7] .Al Qur’an surat Al Hijr ayat 54
[8] .Ibid ( 2 )

0 komentar:

Posting Komentar